Sabtu, 28 Mei 2011

kisah nyata yang ku tuliskan

Cerpen
Dilema Cinta 22
Oleh : andi syahputra harahap
Di pagi yang dingin aku terbangun, saat semua orang terlelap dalam tidurnya yang mungkin saja mereka sedang bergelut dengan mimpinya. Kulihat jam menunjukkan masih pukul empat pagi. Aku tersentak bangun karena mimpiku yang aneh. Saat itu aku merasakan seolah-olah yang kumimipikan itu kenyataan. Aku bermimpi berjumpa dengan sosok wanita yang dulu pernah menghiasi dan mengisi hari-hariku.
Di mimpiku itu aku sedang bertelepon dengannya dan ia menyuruhku untuk datang. Saat itu juga aku langsung bergegas untuk menjumpainya. Alangkah terkejut dan kecewanya aku kerena saat aku berjumpa dengannya, ternyata dia dengan seorang pria yang mungkin saat ini dicintainya.
Ya Allah kenapa hal ini harus terjadi padaku? aku bingung harus bagaimana, inikah tujuanmu menyuruhku datang menjumpaimu? “ aku bertanya padanya”, lalu tiba-tiba aku terbangun dan aku tersadar ternyata itu hanyalah mimpi. Mimpi yang sangat menyiksa buatku.
Aku seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di kota medan. Awal perjumpaanku dengannya saat itu aku baru mengawali status sebagai mahasiswa, mungkin bisa dikatakan aku masih belum mengerti akan dunia perkuliahan. Saat itu aku sedang duduk-duduk ditempat temanku bekerja, si Doni namanya. Tak ada niatku sebenarnya untuk melirik wanita bahkan untuk jatuh hati pada saat itu. Temanku itu seorang pengusaha tepatnya penjual kaset. Segala macam kaset dijualnya, mulai dari lagu-lagu sampai film-film terkenal yang sedang popular. Tersentak konsentrasiku buyar karena kehadirannya, ntah kenapa aku ingin sekali untuk mengenalnya namun aku tak berani untuk mengawalinya. Hal yang aneh menurutku karena sebenarnya aku bukan salah seorang yang dikategorika pemalu.
Timbul ide dalam pikiranku untuk menyuruh salah seorang temanku untuk berkenalan dengannya. Kami pun berkenalan, ia bernama Anni namun alangkah terkejutnya aku saat mengetahui ternyata dia berbeda keyakinan denganku. Dalam benakku aku berpikir “oh Tuhan kenapa hati ini mencintai seorang yang beda agama denganku?”. Tapi ntah kenapa pada saat itu aku tidak memperdulikan perbedaan itu. Yang kupikirkan hanya perasaanku, aku kagum padanya.
Aku pun semakin akrab dengannya yang pada akhirnya menjalin hubungan kekasih dengannya, layaknya keinginan seseorang yang mencintai pasti ingin mendapatkannya. Tentu saja itu kudapatkan karena usahaku yang begitu serius untuk mendapatkan hatinya.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan bahkan tahun pun berlalu tak terasa saat aku bersamanya. Rasa cinta dan sayang itu pun tumbuh semakin besar diantara kami. Hampir tiga tahun aku menjalani hari-hari yang indah bersamanya, yang kurasakan selama tiga tahun itu perbedaan keyakinan itu tidak begitu berat terasa. Perbedaan itu terasa hanya pada hari minggu, itu pun karena ia harus beribadah layaknya seorang umat kristiani yaitu beribadah ke Gereja. Hari senin sampai sabtu nyaris aku tidak merasakan perbedaan itu.
Pernah terlintas dalam benakku “sampai kapan semua ini terjadi pada hubungan kami?”, memang sangat sulit bagi kami untuk manjalani hubungan ini, karena tak ada satu pun pihak keluarga yang mendukung akan hubungan yang kami jalani ini.
Puncak kekecewaanku terjadi kurang lebih 5 bulan yang lalu, pagi-pagi sekali saat itu masih pukul enam, aku terbangun karena handphone ku berdering, kulihat ternyata dia yang menelpon, alangkah terkejutnya aku saat aku angkat teleponnya, saat itu bukan suara dia yang ku dengar melainkan suara seorang pria yang bernada kuat.
Ternyata itu abangnya, dengan sopan dan tegas abangnya bertanya padaku tentang hubunganku dengan adiknya, lalu aku menjawab “jujur aku mencintai adikmu dengan tulus bang”, abangnya menghargai kejujuran dan perasaanku namun bukan berarti dia mendukung perasaanku itu, justru dia mengingatkanku atau tepatnya menasehatiku bahwa aku dan adiknya tidak pantas menjalin hubungan seperti ini, tidak seperti layaknya orang yang saling mencintai seharusnya didukung. Hanya karena perbedaan keyakinan aku dianggap tak layak untuk bersamanya.
Masih ingat dibenakku apa yang dikatakan abangnya padaku “ kalau kau memang benar-benar mencintai adikku, tinggalkan dia dan biarkan dia hidup bahagia dengan orang yang pantas untuknya, tentu saja orang yang satu keyakinan dengannya” katanya. Tak sanggup rasanya hati ini mendengar perkataan abangnya itu, tidak disadari air mata menetes lalu aku menjawab “ baiklah bang, aku akan melakukannya, aku sangat mencintai adikmu untuk itu aku akan pergi meninggalkannya dan aku berharap dia akan hidup bahagia dengan orang yang lebih pantas dari aku” singkat cerita dua jam kemudian aku langsung berbicara pada si anni, kami membicarakan semua apa yang harus kami lakukan, dan kami sepakat untuk mengakhiri hubungan ini. Namun aku berkata padanya “bong, aku minta sama bongek anggap aku sebagai abangmu sendiri, kita ubah rasa sayang dan cinta kita menjadi abang dan adik. Ternyata kita tidak bisa mencintai layaknya sepasang kekasih, aku ikhlas bong. Mudah-mudahan bongek dapat yang terbaik, aku selalu mendoakan itu”. Saat aku mengatakan kata-kata terakhir itu, jujur aku meneteskan air mata. Ternyata sosok lelaki yang berbadan tegap seperti ku ini luluh dan cengeng karena cinta.
Hari demi hari kulalui dihantui oleh kesepian yang luar biasa menggerogoti perasaanku. Rasa trauma untuk mencintai pun sempat kurasakan bahkan untuk mencintai wanita pun tak bisa lagi kulakukan. Aku lupa bagaimana mengawali cinta itu.
Aku menyadari hal ini terjadi karena aku terlalu mementingkan perasaanku. Aku pengecut, aku seorang pecundang yang tak berani menerima kenyataan pahit. Kenyataan bahwa dia bukanlah untukku. Namun ini harus kuhadapi, itu satu-satunya jawaban dari semua permasalahan hidup yang kuhadapi pada saat itu.
Dua bulan kulalui hidup penuh kehampaan dan dihantui rasa trauma mencintai, bagaikan mayat hidup. Berada ditengah-tengah hidup dan mati. Akhirnya aku bertemu sosok wanita yang luar biasa bagiku. Tentunya ia satu keyakinan denganku, bahkan ia menggunakan jilbab layaknya muslimah yang sesungguhnya. Aku sangat senang dapat bertemu dengannya, dibalik rasa senang itu ada rasa yang lain kurasakan. Aku merasa cinta yang dulu pernah mati dan hilang entah kemana perginya telah datang kembali. Aku bersyukur “ya Allah terima kasih kau telah membuat aku merasakan cinta ini lagi”
Aku sadar kalau aku telah jatuh cinta lagi padanya, dia adik kelasku, sosok wanita berjilbab berkulit hitam manis dengan senyuman yang indah membuat kaki ini tak sanggup menopang tubuh saat melihatnya. Aku pun tak menyia-nyiakan perasaan yang kurasakan saat itu. Dengan sungguh-sungguh aku mencoba untuk meyakinkannya bahwa aku sangat mencintainya. Aku tidak stabil, aku kacau, bahkan aku bisa gila kalau melihatnya dimiliki oleh orang lain.
Akhirnya dia pun yakin dan percaya bahwa aku mencintainya, dia pun menerima aku sebagai kekasihnya. Aku bersyukur pada Allah karena diberikan sosok wanita yang luar biasa “terima kasih ya Allah”.